Momen kecil kecewa besar

Suara ranting bergesekan. Daun berjatuhan. Sebab angin sore yang menhembus menjadi pelengkap lamunanku di teras rumah. Hari yang cerah. Seperti awan kala itu. Aku berpapasan dengan cowok. Tak terlalu ganteng tapi aku suka dengannya. Baik, tingkahnya yang lucu, nglenyer. berkacamata tapi sayang, kalau berpapasan denganku cueknya minta ampun. Mungkin kalau ada duta cuek planet mars dan dia pasti kalah. Ya iyalah walaupun sering buat aku jengkel dia masih penduduk bumi yang CUEK. Ya aku akuin kalo sekali ngomong bisa lah buat aku ketawa tiwi. Momen yang paling aku tak suka. Suatu ketika. Aku berjalan dengan kawanku. Melewati lorong sekolahan. Dari kejauhan nampak wajah seorang laki laki berkacamata. Tinggi kerempeng. Aku heran mengapa ia bisa sekerempeng itu. Aku beropini lebih besar pohon pisang dibelakang rumahku. Aku taka ada perbincangan apapun dengan kawanku. Aku berjalan dengan dag dig dug serrr aye aye ddu ddu ddu. Haduhh semakin dekat. Mulai mendekat. Berharap sekali aku disapanya. Itu merupakan prestasi bagiku. Semakin mendekat. Pandangannya tepat mengenai bola mataku. Jantungku racau tak karuan. Dan yang terjadi tak sesuai menunduk dan berjalan terus melewatiku. Aku kecewa, sangat kecewa. Bagaimana ia dengan mudah melewatkan sebuah momen. Untuk hal kecil sesedarhana ini saja ia tak bisa?. Ah aku putuskan mengirim pesan ke wa nya. '' aku kira kamu memandangku untuk menyapaku. aku pandang balik kau malah menunduk, ahh taik. Kau cowok pengecut!!! ''. Aku memandangi ponselku dalam dalam. Kutunggu balas pesan darinya. Aihh tak kunjung dibalas. Lama sekali ia tak membalas. Ohh Tuhan, apa yang aku lakukan. Aku telah menyudutkannya, '' maaf, aku kepedean ''.  Gimana ini, ia tak kunjung membalas. Aku merasa bersalah tapi ia juga salah, bagaimana aku tak kecewa. Ia tak menyapaku. Dasar laki laki pecundang, tak gentle, pengecut!. Gerutuku dalam batin.